Jumat, 26 April 2013

Ustad Kita Telah Mendahului kita semua (Kenangan buat Ustad Udje)

"Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun"Ucapku ,ketika melihat kabar di sebuah TV Swasta nasional tentang meninggalnya Ustad kita penceramah yang menurut penulis Agak " Gaul gitu".Beliau meninggal karena kecelakaan tunggal sepeda motor yang dikendarainya menabrak pohon di Jalan Gedong Hijau 7 Pondok Indah Jakarta. Kenangan ku masih teringat ketika beliau mengisi acara di sebuah gedung pertemuan di Klaten beberapa tahun silam,ketika itu pendengar ceramah beliau membludak hingga keluar gedung,masih ku ingat suara beliau yang lantang dan merdu ketika membacakan ayat suci hinga penulis merasa merinding seluruh tubuh.Subhanallah suara beliau begitu eloknya hingga membahana ke luar gedung pertemuan.Masyarakat Klaten begitu antusias dengan kedatangan beliau waktu itu di Klaten.
Hari ini Mari kita Doakan beliau Semoga semua amal beliau untuk dakwah beliau di dunia dapat diterima Oleh Allah SWT Amiin , Juga Keluarga beliau di beri kesabaran dan ketabahan dengan meninggalnya beliau amiin amiin ya robbal alamin.Mari kita bercermin dengan kejadian tersebut sesuai dengan firman Allah SWT
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati,Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah yang disempurnakan pahalamu.Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukan ke dalam surga ,maka sungguh ia telah beruntung, kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan (Q.AlImran :185).
Hikmah kita hari ini yaitu bahwa kematian akan menimpa siapapun termasuk penulis sendiri,istri , suami, anak-anak kita, orangtua serta keluarga kita bila saatnya tiba , dalam kondisi apapun dan dimanapun, saatnya kita untuk selalu bertaubat dan selalu berbuat baik kepada siapapun. (MS260413)

Selasa, 12 Oktober 2010

Energi keluarga (power of family)


Ada Kisah yang bagus dari sebuah keluarga yang mungkin bisa kita petik hikmah dari sebuah keluarga,yaitu tentang energi yang membuat kita mempertaruhkan apa saja demi keluarga.Nafkah, pengasuhan, tidak semata soal materi, tapi juga kepedulian dan perhatian.Dikisahkan, seorang ayah yang sangat sibuk dengan profesinya, suatu hari pulang ke rumah.Anaknya yang masih kecil tapi mulai mengerti logika,menyambutnya dengan senang. "Ayah, berapa uang yang ayah dapat sehari?" tanya anak kepada ayahnya yang dalam lelah belum lepas, ayah itu heran dan enggan menjawab.Tapi anaknya mendesak. "Seratus ribu," jawab sang ayah pada akhirnya.  "Ayah, bolehkah aku meminjam uang tiga puluh ribu?" lanjut sang anak.  Sang ayah semakin kurang berkenan."Kamu tanya berapa upah ayah,lalu kamu mau pinjam uang,ayah tidak mengerti."jawab sang ayah dengan nada meninggi,sambil menyuruh anaknya masuk kamar. Ketika pikirannya mulai lapang,ia penasaran dengan apa yang dimaui anaknya.Maka ditemui anaknya kekamarnya sambil dibawakan uang tiga puluh ribu.Setiba di kamar, anaknya dengan senang hati menerima uang itu.Ayahnya semakin heran.Karena anaknya punya uang di bawah bantal,yang digabung dengan pinjaman dari ayahnya yang tiga puluh ribu. "Kamu ini mengherankan, bertanya tentang upah ayah, lalu meminjam uang?" "Ayah, uang tabunganku tadi tidak sampai seratus ribu.Sekarang ditambah pinjaman ini menjadi seratus ribu.Maka, ini uangku aku berikan untuk ayah, terimalah. Karena aku ingin ayah menemaniku sehari saja."Sang ayah tertegun. Air matanya menetes. Dipeluknya anaknya dengan erat.(Tarbawi 236.th 12)